Ada yang unik dan menyentuh dalam gelaran kegiatan Fun Run yang diselenggarakan RA Muslimat Genukwatu pada Minggu, 27 Mei 2025. Di balik keceriaan anak-anak yang berlari kecil menyusuri rute yang disiapkan panitia, terselip sebuah pesan kuat tentang pentingnya keterlibatan ayah dalam pendidikan anak usia dini.
Kegiatan Fun Run diawali dengan senam bersama. Suasana pagi yang semula biasa saja, seketika berubah hangat dan penuh semangat saat anak-anak, guru, dan orang tua bergerak mengikuti irama musik senam. Namun yang membuat momen ini menjadi istimewa adalah keikutsertaan sahabat Ansor Ranting Genukwatu yang turut serta dalam sesi senam tersebut.
Tidak hanya hadir sebagai petugas pengamanan , para sahabat Ansor justru mengambil peran aktif — berdiri sejajar dengan anak-anak, ikut bergerak, tertawa, dan memberi semangat. Dalam momen itu, mereka seolah menjadi representasi nyata dari sosok ayah yang selama ini masih sering absen dalam aktivitas pendidikan anak usia dini.
Minimnya keterlibatan ayah secara langsung dalam dunia pendidikan anak usia dini adalah fenomena yang masih banyak ditemui. Peran pendidikan seolah hanya menjadi beban ibu, sementara figur ayah lebih sering hadir dalam bentuk simbolik — sebagai pencari nafkah, bukan pendidik. Padahal, kehadiran dan keterlibatan ayah secara langsung dapat memberikan dampak emosional yang besar bagi tumbuh kembang anak, baik dalam membentuk rasa percaya diri, kemandirian, maupun pola interaksi sosial.
Momen keikutsertaan sahabat Ansor dalam kegiatan senam RA Muslimat Genukwatu adalah contoh kecil namun penuh makna. Ia memberi isyarat bahwa kehadiran laki-laki dewasa — baik sebagai ayah, paman, kakak, atau bahkan tokoh masyarakat — sangat penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang seimbang dan suportif bagi anak-anak.
Kegiatan ini semestinya menjadi inspirasi bagi para ayah dan figur laki-laki lainnya untuk mulai melibatkan diri secara aktif dalam proses tumbuh kembang anak. Tidak perlu menunggu momen besar. Hadir di kelas saat anak belajar, menemani kegiatan sekolah, atau sekadar ikut senam bersama seperti yang dilakukan sahabat Ansor — semua adalah bentuk kehadiran yang berarti.
Karena dalam setiap tawa dan gerakan kecil anak-anak, ada harapan besar yang hanya bisa tumbuh utuh jika ditopang oleh kasih sayang kedua orang tua — termasuk dari sosok ayah yang tak sekadar ada, tapi benar-benar hadir
Posting Komentar